Minggu, 21 Februari 2010

SONDOK- SONDOK AN PERMAINAN ANAK-ANAK DESA DIMASA LALU

Oleh : Nafriandi

Pendahuluan

Sondok-sondok an atau cari-carian merupakan permainan anak-anak tempo dulu, dimana permainan ini diangkat dari disebuah desa yang ada di Kenegerian Sentajo Kabupaten Kuantan Singingi tepatnya di Desa Koto Sentajo. Apakah permainan ini ada diseluruh Desa sekenegerian sentajo? Penulis tidak tau persis, karena permainan ini ada pada masa kanak-kanak, dimana kegiatan yang dilakukan anak-anak pada masa itu selalu tidak akan terlalu jauh dari lingkungan mereka, maklumlah kehidupan dikampung pada tahun 80an.

  Lokasi Utama Permainan

Koto Sentajo terutama pada dusun Gonting memiliki kontur dengan sedikit berbukit sehingga semakin nyaman digunakan untuk permainan Sondok-sondok an, apalagi ditambah dengan adanya pelak milik masyarakat, dimana pelak ini semangkin menciptakan semangat permainan bagi para peserta, sebab didalam pelak ini selalu terdapat tumbuh-tumbahan yang ditanam pemiliknya untuk kebutuhan hidup sehari-hari seperti Pisang, Jeruk nipis, terong, Kunyit dan berbagai keperluan dapur lainnya. Dengan adanya berbagai tanaman dalam pelak Tersebut semakin elok sebagai tempat permainan ini.


 
Lokasi Permainan


Permainan Sondok-sondok an terbagi menjadi 2 Jenis Permainannya yaitu Tonggak Dingin dan Tonggak Bantuan, dimana kedua permainan ini mempunyai perbedaan, tonggak dingin biasanya dilakukan oleh anak-anak yang lebih kecil dari peserta Tonggak Bantuan, dimana peserta Tonggak Bantuan berumur antara 11 – 14 tahun, permainan tonggak dingin selalu dilakukan pada siang hari, sedangkan Tonggak bantuan Dilakukan Pada malam hari pada saat terang bulan, baik pada saat cahaya bulan penuh maupun pada cahaya bulan sabit, dimana pada saat bulan sabit akan lebih menantang karena cahaya dengan sedikit gelap dan samar-samar.

Waktu permainan ini biasanya dilakukan setelah pulang mengaji sekitar jam 20.00 WIB, pada malam-malam sekolah biasanya sampai jam 22.00 WIB, tapi tidak terlalu sering permainan ini dilakukan pada malam-malam tersebut kecuali hari libur sekolah, biasanya permainan ini sering dilakukan pada malam minggu, dimana pada malam minggu biasanya dilakukan sampai larut malam, dan tidak tertutup kemungkinan sampai jam 00.00 WIB.
Dalam permainan ini menggunakan Tonggak sebagai alat bantu utama, dimana tonggak yang digunakan yaitu Pohon yang ada disekitaran lokasi permainan, dimana tonggak yang pakai untuk permainan tersebut hanya 1 pohon. Pada tulisan ini hanya akan menceritakan permainan sondok-sondok an tonggak bantuan.


Penetapan kawan

Sebelum permainan dimulai maka harus dilakukan dulu penetapan kawan masing-masing, dimana satu regu hanya terdiri dari 2 (dua) orang, dalam pembagian kawan ini bisa ditentukan secara langsung seperti sit jari dan bisa juga dengan cara undian, walaupun permainan dimalam hari pesertanya bukan saja laki-laki namun perumpuan juga tidak ketinggalan untuk ikut serta, jumlah regu yang akan bermain tidak terbatas, sebab dalam hal ini tergantung berapa jumlah yang ada pada malam itu, idealnya dalam permainan paling sedikit sekitar 7 Regu atau 14 orang, semakin banyak regu dalam permainan ini semakin seru dalam pelaksanaannya.


Penentuan Batas

Apabila regu atau pasangan masing-masing telah didapat dan ditetapkan, langkah berikut adalah menetapkan batas-batas persembunyian yang akan disepakati bersama, melalui musyawarah yang tidak terlalu lama biasanya batas-batas bisa ditentukan, jarak terjauh dari tiang biasanya berkisar 250 M, dalam penetapan batas ini tidak terfokus pada jauhnya jarak, namun biasanya ditentukan dengan menunjuk pada objek-objek tertentu seperti jalan, rumah penduduk, Pinggir Sawah dan sebagainya.

Pada kesempatan ini juga membahas pelanggaran yang dilakukan oleh masing-masing regu, dimana pelanggaran yang dilakukan akan mengakibatkan kekalahan akan berpindah pada pihak yang melanggar aturan yang telah disepakati bersama. Ada dua pelanggaran yang harus diwaspadai oleh para peserta pertama memegang tonggak sebelum yang kalah memegang Tonggak tersebut. Kedua Melewati batas yang telah ditetapkan melebihi batas toleransi, pada pelanggaran ini biasanya sangat dituntut kejujuran, sebab apabila ada salah satu peserta melewati batas dan diketahui oleh peserta selain regu yang melanggar, dengan saksi lebih dari 3 orang, maka yang mengetahui tadi akan melapor pada yang kalah, maka berpindahlah kemenangan pada yang kalah tadi dan permainan harus di ulang.


Inti Permainan

Saatnya permainan dimulai, tapi sebelum permainan dimulai tentu ada yang kalah, dimana yang kalahlah yang akan mencari orang yang ber sembunyi nanti, dalam penentuan regu kalah biasanya yang lazim dilakukan dengan cara sit jari, dimana salah seorang dari masing-masing regu mengadakan sit jari secara bersama-sama. Setelah satu regu yang kalah telah diketahui barulah dimulai permainan sondok sondok an tonggak bantuan tersebut.

Awal permainan ini dimulai dimana regu (2 orang) yang kalah dengan memejamkan/menutup mata sambil menghadap kearah tonggak, kemudian pemenang sambil berlari mencari persembunyian, sambil berlari biasanya salah satu atau beberapa peserta sambil mengucapkan olun-olun berarti waktu yang kalah untuk membuka mata belum selesai. Lalu bagaimana isyarat bagi yang kalah bahwa satiap peserta betul-betul telah bersembunyi? Biasanya isyarat bagi regu yang kalah saatnya untuk membuka mata yaitu setelah tidak ada lagi terdengar suara peserta yang mau bersembunyi, dimana saat kondisi seperti itulah yang kalah untuk membuka matanya.

Apabila semua telah bersembunyi suasana dalam keheningan malam akan terasa pada saat itu, dua orang yang kalah tadi bersiap untuk mencari setiap peserta permainan, dalam percarian kedua peserta yang kalah tersebut harus berpencar atau berpisah arah, ini dilakukan agar lebih konsentrasi dalam pencarian, selama dalam pencarian inilah tonggak tidak boleh di pegang oleh peserta yang menang, kalau ada salah seorang yang memegang tonggak tersebut maka dengan kawan satu regu akan menjadi pihak yang kalah, tapi biasanya jarang terjadi hal tersebut sebab semua peserta berusaha mencari lokasi yang sulit dan kalau bisa berada pada lokasi terjauh dari tonggak.

Pencarian yang dilakukan memang penuh dengan tantangan sebab peserta yang kalah tersebut harus berjalan sendiri-sendiri dalam menyusuri setiap arena, sampai memanjat Pelak sekalipun harus dilakukan karena setiap pelak biasanya dipagar, setiap medan harus ditelusuri dengan cara diam-diam, kalau bersuara dalam pencarian akan diketahui oleh peserta yang sedang bersembunyi, biasanya peserta yang kalah harus berusaha datang dari belakang peserta yang sedang bersembunyi tersebut, kalau datang dari depan maka akan ketahuan sehingga yang bersembunyi dengan diam-diam juga bersiap untuk berpindah ketempat lain, cara berpindahnya pun harus penuh kejelian dan kehati-hatian sebab kalau tidak di keheningan malam nan sunyi suara sekecil apapun terkadang bisa terdengar sehingga akan keliatan oleh sipencari.

Berbagai cara persembunyian merupakan sudah menjadi hal biasa dilakukan oleh peserta yang menang, mulai dari berdiri, jongkok, maupun sambil tiarap. Ini tergantung pada kondisi yang ada, lalu kapan peserta menyerah dalam pencarian? Peserta menyerah dalam pencarian biasanya setelah keliatan oleh peserta yang kalah, sambil menyebut nama salah satu peserta yang menang setelah kelihatan, maka yang menang tadi akan keluar pertanda persembunyiannya telah berakhir, biasanya kalau sipencari atau yang kalah berpapasan langsung dengan yang bersembunyi pasti orangnya langsung diketahui, namun jika yang sedang dicari agak berjarak tentu akan samar-samar adanya, maka dalam hal seperti ini peserta yang kalah biasanya menandai ciri-ciri dari peserta sebelum bersembunyi, mulai dari warna celana, warna baju bahkan postur tubuh, kalau peserta yang sedang dicari hanya sedikit terlihat lalu lari, biasanya sipencari menyebut nama peserta dimaksud dengan cara berulang-ulang, kenapa demikian? Biasanya yang menang tidak akan menyerah begitu saja namun kejujuran para peserta sangat kelihatan dan tidak akan membela diri secara berlebihan dalam keadaan seperti ini.

Peserta yang kalah harus mencari sebanyak mungkin semua peserta yang menang kalau bisa semuanya ditemukan, sebab kalau tidak akan menjadi rumit, mengapa demikian? Misalnya yang ada 10 Regu otomatis yang bersembunyi ada 9 regu dengan jumlah 18 orang, setelah didapat peserta yang bersembunyi yang kalah harus kembali ke tonggak untuk memegang tonggak sambil menyebut nama peserta yang telah didapat, setelah yang kalah memegang tonggak maka keduanya harus berbagi tugas, salah satu diantara mereka harus menjaga tonggak, jangan sampai orang yang belum dapat atau ditemui memberi bantuan dengan memegang tonggak, jika ini terjadi maka permainan harus di ulang dan yang kalah tidak akan berubah.

Karena itulah yang kalah harus mencari sebanyak mungkin peserta yang bersembunyi dan kalau biasa seluruhnya, kalau semua yang bersembunyi bisa ditemui maka yang kalah akan berpindah pada regu dimana peserta yang ditemui lebih dulu, tapi hal seperti itu sangat jarang terjadi dan dijumpai, 9 atau 10 dari 18 orang saja ditemui biasanya itu sudah banyak, jika yang dapat katakan dalam pencarian awal 10 orang, maka 8 orang yang masih bersembunyi dan akan memberikan bantuan pada peserta sudah dapat. Lalu bagaimana yang 8 orang ini mengetahui bahwa yang kalah telah memegang tonggak? Biasanya peserta yang telah ditemui atau dapat berteriak sambil mengatakan “la dapek bori bantuan atau sudah dapat kasih bantuan” dengan ucapan berulang-ulang, setelah ucapan terdengar oleh peserta yang masih bersembunyi, disinilah saatnya perserta yang tersisa 8 orang tersebut mulai merapat/mendekati tiang, sembil mendekat mereka harus melakukan dengan berhati-hati, sebab kalau tidak 1 orang yang mencari akan terus mengintai dan yang 1 lagi menjaga tonggak pun selalu waspada, pandangan dan gerakan sipenjaga tonggak harus liar dan tidak boleh lalai sebab peserta yang masih bersembunyi akan selalu memberikan bantuan dari segala sisi.

Jarangnya terjadi semua peserta ditemuai pada pencarian besama (kedua orang yang kalah) baru memegang tonggak, ini dikarenakan pencarian yang lama dan permainan akan membosankan, namun apabila seberapa dapat segera dilakukan pemegangan tonggak maka permainan akan memberikan warna yang menghibur, peserta yang telah dapat harus sportif dan tidak boleh ikut berkeliaran di arena tonggak bantuan tersebut, sebab akan mengganggu peserta yang sedang kalah dalam pencariannya.

Durasi waktu 3 atau 4 jam permainan, yang kalah bisa saling bergantian dan bisa juga selama 3 atau 4 jam tersebut hanya satu regu saja yang merasakan posisi kekalahan, hal ini tergantung situasi dan kondisi terkadang pencarian bisa cepat terselesaikan. Kalau nasib lagi baik yang kalah biasanya sebentar memerlukan waktu dalam pencarian tersebut, namun apabila kurang beruntung nikmatilah kekalahan itu sampai berhentinya permainan dan bahkan masih banyak peserta yang belum di temui ketika permainan itu selesai, ketika permainan harus dihentikan karena malam sudah larut, biasanya himbauan untuk berhenti disampaikan oleh peserta yang ada disekitar tonggak.

Hal-hal yang unik terkadang ada terjadi dalam permainan sondok-sondok an ini, karena peserta yang tersisa terkadang sangat sulit untuk dicari atau ditemui, seharusnya mereka yang masih bersembunyi memberikan bantuan pada teman yang sudah dapat, malah berada pada tempat-tempat yang tidak disangka dan terkadang melanggar atauran permainan, seperti misalnya melewati batas, manjat pohon dan makan pulang kerumah. Dalam hal melewati batas yang tentu melanggar kesepakatan biasanya sulit untuk di ketahui oleh peserta lain selama permainan, Sedangkan manjat pohon dan pulang makan tidak masuk dalam aturan pelanggaran. Hal-hal seperti ini biasanya dilakukan oleh orang-orang tertentu dan tidak akan menjadi masalah besar dalam permainan ini. Kelakuan peserta seperti itu baru biasa diketahui esok harinya oleh 1 atau 2 orang, biasanya diketahui dari mulut orang berbuat hal-hal tersebut.


Hal-hal positif yang bisa diambil dari permainan sondok-sondok an/cari-carian yang harus ditanamkan sejak dini antara lain :
- Keberanian dalam kemandirian
- Kejujuran dalam aktifitas
- Silahtuhrahmi antar peserta selalu terjalin

Ket :
Sondok-sondok an = cari-carian / sembunyi
Pelak = Kebun yang dipagar
Tonggak = Tiang
Olun = Belum

Rabu, 17 Februari 2010

KEBERADAAN SUNGAI RUTOPANG DI DESA WISATA KOTO SENTAJO

Sebuah sungai kecil yang membelah 2 Desa di kenegerian Sentajo yaitu Koto Sentajo dan Kampung Baru Sentajo, dimana sungai ini panjangnya ± 4,00 KM, labar 1.5 s/d 4 M, dan kedalam normal 30 Cm s/d 100 Cm. Aliran sungai ini dimulai dari kawasan Hutan Sentajo tidak jauh dari hutan lindung, dan mengalir kesebuah danau yang selanjutnya bermuara ke Sungai Kuantan yang berada pinggiran desa Koto Sentajo, masayarakat setempat menyebut sungai ini dengan nama baru topang yang sehari-hari disebut juga dengan Rutopang. Aliran sungai Rutopang sunsang atau berlawanan dengan Sungai Kuantan,
 konon kabarnya karena aliran sunsang itulah sebagian masyarakat setempat mengatakan apabila orang luar pernah mandi di sungai itu maka orang tersebut katanya suatu saat akan merindukan tempat itu lagi.

Sungai Rutopang ini tentu sulit dilupakan bagi sebagian masyarakat terutama masyarakat di desa Koto Sentajo, sebab dahulunya sungai ini berfungsi sebagai tempat mandi, mencuci, dan kakus (MCK). Dibeberapa tempat disungai ini baik Pagi, Siang dan Sore hari selalu dikunjungi, sebab dulu sumur di desa ini terutama didusun gonting - Koto Sentajo ada tapi tidak banyak seperti sekarang yang hampir tiap rumah, sungguhpun ada sumur orang lebih memilih mandi dan cuci di sungai ini. Pagi hari sebelum jam berangkat sekolah, anak-anak dengan kain sarung masih terselubung berangkat dari rumah menujuh sungai ini, setelah sampai disungai biasanya mengambil pucuk daun bambu, dimana pucuk daun bambu ini digunakan untuk menggosok gigi, begitulah hari-harinya sebagian masyarakat setempat disekitaran sungai Rutopang setiap saatnya.

Kalau mau mandi pagi hari usahakan jangan sampai terlambat, sebab orang yang mandi dihulu sungai ini, ma’af! biasanya buang air besar (BAB) dulu, sehingga yang di hilir akan kena imbasnya, serpihan-serpihan kecil mengalir bersama air ke hilir sungai. Sungguhpun demikian adanya sudah menjadi hal biasa bagi yang selalu memakai jasa sungai ini dan selalu dimaklumi. Sebenarnya bagi masyarakat dusun Gonting Desa Koto sentajo disamping sungai rutopang, juga ada danau dan sungai Kuantan (Lokasi Kuantan putui Danau roboh sekarang) sebagai tempat mandi, cuci dan sebagainya, namun masyarakat tempatan lebih memilih mandi kesungai Rutopang.


 
Sungai Rutopang


Tempat-tempat mandi, mencuci dan buang hajad (BAB) disungai rutopang di sebut dengan Topian, dimana topian laki-laki dan perempuan tidak sama, jarak topian laki-laki dan perempuan tidak menentu, penetapan topian laki-laki dan perempuan merupakan warisan dari yang nenek moyang masyarakat setempat. Dominasi pinggiran sungai yang ditutupi pepohonan nan hijau, aliran sungai nan berliku dan sesekali diiringi suara kicauan burung membuat keindahan dan kenyamanan selalu menghiasi pada sungai Rutopang tersebut.

Disamping itu sungai Rutopang selain berfungsi sebagai MCK, sungai ini juga menyimpan berbagai jenis ikan yang bisa di tangkap kapanpun untuk memenuhi kebutuhan lauk pauk sehari-hari, dimana ikan tersebut bisa ditangkap dengan Kail/Pancing atau menimba ketika air surut biasanya saat musim kemarau, menimba ini dilakukan lokasi-lokasi tertentu yang telah diprediksi, biasanya pada aliran sungai yang dalam, dimana lokasi yang akan di timba tersebut dikelilingi dengan timbunan tanah dengan membentuk setengah lingkaran kepinggiran sungai, kemudian air yang ada pada dalam lingkaran tadi di timba sampai kering sehingga ikan-ikan dengan mudah dapat ditangkap. Sungai Rutopang biasanya dalam setahun selalu dikunjungi banjir, dimana dari banjirlah biasanya ikan di sungai ini akan bertambah dan pasca banjir pulalah waktu pencarian ikan di sungai ini makin ramai.

Seiring berjalannya waktu keberadaan sungai rutopang semakin terlupakan, walaupun masih ada namun tidak seperti dahulunya, ini dikarenakan aktfitas mandi, cuci, dan kakus berpindah ke rumah masing-masing, ikan pun sudah sangat susah mencarinya di sungai ini. Berbagai keindahan dan pontensi sungai ini dahulunya telah memberikan berbagai kenangan bagi sebagian orang yang merasakan betapa besarnya manfaat sungai Rutopang di masa lalu.


 
Sawit diPinggiran Sungai


Sekarang keramaiaan pada sungai ini tidak seperti masa lalu lagi. Walaupun desa tempat barnaungnya sungai ini yaitu desa Koto sentajo beberapa tahun lalu telah ditetapkan sebagai Desa Wisata, maka untuk mendukung Desa Koto Sentajo sebagai desa Wisata mungkin perlu sungai ini di gali kembali potensinya, sehingga kebaradaannya semakin memberikan warna buat wisata Kuantan Singingi. Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi terus memberikan perhatian terhadap desa wisata yang di sandang Koto Sentajo, dengan membangun berbagai fasilitas sarana prasaran salah satunya pada lokasi Kuantan Putui Danau Roboh (KPDR), dimana pada tahun 2009 lalu KPDR telah dimanfaatkan untuk mandi balimau dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan.

Desa Koto sentajo sebagai desa wisata karena peninggalan sejarah atau adat nenek moyang berupa rumah adat dengan bangunan asli dengan motif khusus, dibelakang desa ini masih terdapat hutan asli yaitu hutan lindung dengan luas ± 5000 ha (web site Pemda Kuansing). Agar Desa Wisata yang dicanangkan selalu tetap eksis maka perlu lokasi pendukung lain agar desa ini selalu dikunjungi, di samping rumah adat, hutan lindung dan Kuantan Putui Danau Roboh yang sedang di kelola Pemda Kuansing. Tidak tertutup kemungkinan sungai Rutopang sebagai pendukung berikutnya untuk dapat dikelola oleh masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi, dari sejarah sungai ini mempunyai peranan penting bagi mayarakat desa Koto Sentajo.

Catatan :
 Kira-kira mungkinkah diadakan acara mandi bersama atau reuni Disungai Rutophang? (Terutama bagi Pengguna Sungai ini dimasa lalu).
 Dari sejarah masa lalu yang ada di sungai ini, mungkinkah akan menjadi salah satu Pendukung desa wisata Koto Sentajo?
 Terima kasih Bagi Pembaca yang memberikan saran dan koreksinya.

Sabtu, 13 Februari 2010

PENINGKATAN JALAN NASIONAL DI PROPINSI RIAU DENGAN MEDIAN DAN JALUR LAMBAT

Keberadaan jalan Nasional memberikan manfaat yang begitu besar terhadap perkembangan suatu daerah tak terkecuali dengan daerah kabupaten/kota yang ada di propinsi Riau, sejak diberlakukannya Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang merupakan kebijaksanaan otonomi daerah, propinsi Riau salah satu propinsi yang diuntungkan dengan berlakunya undang-undang tersebut, karena Riau termasuk daerah yang sumber daya alamnya cukup memberi harapan, sehingga hasil sumber daya alam tersebut dapat dinikmati untuk kepentingan bersama, pembangunan yang selama ini sentralisasi berubah menjadi desentralisasi, kemampuan ekonomi masyarakat yang ada dipropinsi Riau mengalami peningkatan, daya beli masyarakat didaerah ini pun mengalami perubahan, salah satunya terhadap kepemilikan kendaraan bermotor. Pentingnya akan ketersediaan sarana dan prasarana jalan tentu sangat memberi pengaruh terhadap keberhasilan daerah ini, dengan cukupnya akan sarana dan prasarana tersebut akan memberikan kelancaran dalam memobilisasi kebutuhan-kebutuhan bahan untuk pembangunan dan juga kebutuhan pokok masyarakat yang didatangkan dari daerah lain.
Dengan terus meningkatnya kepemilikan kendaraan bermotor di propinsi Riau tentu harus diiringi dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang cukup dan mantap sehingga bisa melayani pergerakan kendaraan, pada saat ini keberadaannya makin hari terus bertambah, ketersediaan sarana penunjang seperti jalan raya. Baik jalan Kabupaten, jalan Propinsi maupun Jalan Nasional akan dapat menjadi jawaban dari peningkatan jumlah kendaraaan tersebut, dari ketiga status jalan tersebut maka Jalan Nasional yang akan melayani kendaraan yang agak padat dibanding dua status jalan lainnya, sebab jalan Nasional dilalui oleh berbagai jenis kendaraan baik lokal, antar kota, maupun antar propinsi dengan beban yang bervariasi mulai dari berat sampai ringan.
Jalan Nasional yang dirancang untuk angkutan jarak jauh dengan kecepatan tinggi tentu akan terpengaruh dengan banyaknya kendaraan antar kota kecamatan dan kabupaten dipropinsi. Jalan Nasional yang merupakan jalan arteri, dimana untuk jalan arteri kecepatan rata-rata minimum 60 Km/jam, dengan terus meningkatnya kepadatan tentu kenyamanan pada jalan Nasional akan berkurang sehingga tingkat kecelakaan akan bertambah. dipropinsi Riau jalan nasional tersebut cukup panjang dengan melintasi beberapa Kabupaten di Propinsi ini, sehingga diperlukan perhatian-perhatian terhadap keberadaan jalan nasional tersebut, apalagi ruas jalan nasional di propinsi Riau menjadi sarana utama untuk perkembanganan ekonomi propinsi Riau, baik sebagai sarana penghubung antar kabupaten maupun penghubung ke propinsi lain, jalan Nasional yang ada dipropinsi Riau meliputi Jalan lintas timur yang menghubungkan Riau ke propinsi Jambi dan Sumatra Utara, jalan lintas Sumatra menghubungkan Riau ke propinsi Sumatra Barat.
Pada ruas-ruas tertentu untuk jalan Nasional tersebut mungkin sudah saatnya direncanakan dengan memakai pemisah antara arah berlawanan atau biasanya disebut Median, dimana median tersebut salah satu dari beberapa penyebab lain untuk mengurangi tingkat kecelakaan kendaraan, karena median memberi fungsi yang sangat besar terhadap pengguna jalan, beberapa fungsi penting dengan adanya median di jalan raya pertama sebagai pembatas kendaraan dari arah berlawanan, disaat kendaraan menyalip tentu akan memberikan ruang yang cukup sehingga dari arah lawan tidak akan berpapasan langsung, kedua mengurangi silau lampu kendaraan berlawanan arah dimalam hari, tingkat kelelahan pengendara pada malam hari sangat berbeda dengan siang hari, karena jarak pandang pengendara yang pendek apalagi disaat lalu lintas padat, dimana silauan lampu-lampu dijalan dari kendaraan berlawanan akan membuat pengemudi cepat kelelahan, maka dengan adanya median tersebut akan sedikit bisa untuk membatasi cahaya dari lampu kendaraan yang berlawanan arah.
Kalau kita ambil contoh ruas jalan Nasional yang ada di propinsi Riau pada jalan Lintas Timur yaitu ruas Pematang Reba – Pekanbaru dengan melewati Kabupaten Pelalawan dimana pada ruas ini volume lalu lintas cukup padat namun belum terjadi kemacetan, tetapi mungkin kendaraan akan melambat pada station-station tertentu, dimana aktifitas yang ramai di sekitar lingkungan daerah milik jalan (damija) bahkan aktifitas tersebut berada pada daerah manfaat jalan (damaja) terutama pada lingkungan pasar, dalam kota (kecepatan rencana lebih kecil dari kecepatan minimumjalan arteri). Sehingga mengganggu pergerakan lalu lintas pada titik dimaksud, bahkan tidak tertutup kemungkinan menyebabkan kecelakaan. Pertumbuhan kendaraan yang secara kasat mata terus meningkat tentu akan mengakibatan terjadinya perlambatan pergerakaan kendaraan di jalan lintas timur tersebut.
Salah satu solusi dari beberapa solusi lain untuk jalan lintas timur dengan median, pada ruas pematang reba (kabupaten Indragiri Hulu) – pekanbaru (ibukota propinsi Riau merupakan hal yang tepat untuk mengatasi keadaan yang ada saat ini. Sedangkan pada titik keramaian sepeti pasar maupun lingkungan perkotaan (kota kecamatan atau kota kabupaten) mungkin dengan menambahkan jalur lambat, dimana jalur lambat tersebut adalah untuk membantu pengaturan pergerakan kendaraan lokal dengan kendaraan regional yang ada disekitar kegiatan-kegiatan keramaian, adanya median dan jalur lambat dengan sendirinya akan mengatur gerakan arus lalu lintas dalam mengatasi kemacetan.
Peningkatan pekerjaan jalan tentu tak semuda yang dibayangkan apalagi menyangkut pelebaran sebab beberapa kendala akan selalu timbul akibat dari peningkatan tersebut terutama menyangkut masalah ketersediaan dana, pemerintah tentu akan mengalokasi dana pada daerah-daerah yang menjadi program prioritas utama untuk kepentingan rakyat, namun sungguhpun begitu mungkin sudah saatnya ruas jalan Nasional untuk ditingkatkan dengan memakai median dan jalur lambat terutama jalan lintas timur yang ada di propinsi Riau, penambahan ini perlu sekali pada station-station tertentu yang lalu lintas harian rata-rata cukup tinggi. Jalan nasional yang wewenang penanganannya pemerintah pusat tentu dana yang digunakan adalah dana APBN sedangkan untuk jalur lambat mungkin bisa menggunakan dana APBD propinsi ataupun APBD kabupaten/kota, maka untuk pembiayaan pelebaran jalan Nasional dengan merencanakan median dan jalur lambat perlu dilakukan koordinasi yang bijak antara pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota, sehingga perencanaan dan pelaksanaan secara bertahap terutama pada lokasi-lokasi tertentu pada jalan lintas timur yang ada di propinsi Riau dengan harapan hendaknya bisa terealisasi.